Senin, 11 April 2011

peluang ekspor indonesia

Peluang Ekspor Kelapa Belum Tergarap

Nilai ekspor kelapa Indonesia pada 2008 mencapai US$ 944,185 juta dengan produktivitas 16 miliar butir kelapa, sedangkan Filipina total ekspornya mencapai US$ 1,493 miliar dengan 12 miliar butir kelapa. Adapun 80 persen pasar kopra dunia disumbang Indonesia dan Filipina.

Market Development Officer Asian and Pacific Coconut Community, Amrizal Idroes mengatakan kapasitas riil dari industri pengolahan kelapa baru 40 persen dari kapasitas terpasang. "Ini karena langkanya bahan baku," katanya.

Selain itu, kata Amrizal lokasi pabrik yang jauh dari sumber bahan baku membuat industri pengolahan kelapa ini belum optimal.

Karena itu, Amrizal menambahkan hal pertama yang harus dilakukan pemerintah adalah melakukan replanting atau penanaman kembali di klaster tertentu. Hanya sayangnya, kata dia saat ini sudah tidak ada kebun induk yang bisa digunakan untuk penyemaian benih. "Sekarang yang kita lakukan adalah seleksi benih dari tanaman kelapa yang ada," katanya.

Yang terpenting, kata Amrizal perlu ada satu kebijakan pemerintah yang terpadu. Jangan sampai Kementerian Perindustrian dan Kementerian Pertanian punya kebijakan masing-masing dalam pengembangan industri pengolahan kelapa ini

Kementerian Perindustrian berkeinginan melakukan reindustrialisasi di semua sektor, termasuk industri kelapa, tanaman tropis yang banyak tersebar di nusantara. "Ini menjadi bagian dari kebijakan reindustrialisasi nasional," kata Wakil Menteri Perindustrian Alex Retraubun saat konferensi pers di kantornya, Jakarta Kamis (8/4).

Peluang ekspor arang kelapa ke China mencapai US$ 300 juta per tahun. Sayangnya produksi arang kelapa Indonesia belum mampu memproduksi permintaan yang sangat besar dari China. More » Peluang Ekspor Arang Kelapa ke China US$ 300 Juta

Incoming search terms:

  • eksportir kelapa
  • eksportir arang
  • arang tempurung china
  • ud kelapa bulat
  • produksi tempurung kelapa indonesia 2011 2010
  • produksi tempurung kelapa di surabaya
  • peluang eksport arang kelapa
  • peluang ekspor minyak kelapa
  • peluang ekspor kelapa sawit
  • peluang ekspor kelapa


Menurut Alex kebijakan reindustrialisasi 2010 sampai 2014 mentargetkan tumbuhnya industri pengolahan kelapa yang kuat. "Ini kompetensi Indonesia yang lama diabaikan," ujarnya.

Alex menegaskan Kementerian Perindustrian akan meningkatkan produktivitas industri pengolahan kelapa yang saat ini masih dikelola secara konvensional. Saat ini, kata Alex industri pengolahan kelapa belum dikelola secara optimal hingga nilai tambahnya masih rendah.

Indonesia memiliki 3,8 juta hektare perkebunan kelapa, yang 98 persennya adalah milik petani. Tiga wilayah perkebunan kelapa terbesar berada di Pulau Sumatera, Jawa dan Sulawesi.

Alex menjelaskan reindustrialisasi pengolahan kelapa ini akan langsung menyentuh petani di tingkat bawah. Kedepannya, kata Alex langkah yang harus ditempuh adalah meningkatkan pasokan bahan baku. "Yang berikutnya optimalisasi kapasitas industri pengolahan," katanya.

Salah satu negara tujuan ekspor yang potensial bagi Indonesia adalah India. Dalam lima tahun terakhir, pangsa pasar ekspor Indonesia di negeri Indira Gandhi itu meningkat hingga 4 persen dari total keseluruhan nilai ekspor Indonesia.


Pada 2005, pangsa pasar ekspor Indonesia di India sebesar 4 persen. Sedangkan pada 2010, pangsa pasarnya naik menjadi 8 persen. Menurut Wakil Menteri Perdagangan, Mahendra Siregar, peningkatan pangsa pasar ekspor Indonesia di India bukan karena pemberlakuan bebas.

"Meski ada free trade agreement dengan India, namun untuk pertumbuhan pangsa pasar ekspor Indonesia di India pada 2005 hingga 2010, naik karena pertumbuhan komoditas tertentu," kata Mahendra di Kantor Kementerian Perdagangan, Rabu (7/4). "Perkembangan perdagangan dengan India baru bisa diketahui perkembangannya mulai tahun ini."

Pasar lain yang potensial adalah Korea Selatan. Dalam jangka waktu antara 2005 hingga 2010, pangsa pasar ekspor Indonesia ke Korea meningkat 2 persen. Indonesia akan terus memperluas diversifikasi pasar ke negara-negara non tradisional, seperti Amerika Serikat, Eropa dan Jepang. "Strategi kita melihat ke pasar yang potensinya menjanjikan, pertumbuhan ekonomi, dan nilai impor yang tinggi," ujarnya.